Cerpen Menur
Sendirian. Merenung. Pergi. Sendiri. Cuci mata. Cari udara segar. Asyik kali ya! Jalan-jalan sore naik bronpit di belakang kampus UNS. Rutinitas sore, banyak anak muda berpasangan di Hik yang bejajar di sepanjang trotoar.
Dibawah kapal belakang STSI bermandikan remang-remang lampu kota disudut-sudut jalan. Nampak pemandangan anak muda berpasang-pasangan. Kuperhatikan di sekelilingku sekilas mataku menangkap hik baru bertuliskan Hik PAKAGULA. Kupertajam lagi pandanganku pada hik itu. Benar adanya, Hik PAKAGULA.
Rumput Edisi #9
PENGANTAR REDAKSI
Jendela Itu Telah Terbuka (kembali)
Sebentar jangan bertanya dulu. Biar kami bercerita tapi jangan paksa untuk bercerita semua, sebab telalu banyak yang harus kami ceritakan. Iya benar, soal Rumput. Jeda antara edisi #8 dengan edisi #9 ini memang terlalu lama. Bahkan sempat dituduh 'mati' meski di edisi #8 kami sudah memberi semacam peringatan dengan label “tidak mati” sebagai tema edisi.
Setelah berbagai peristiwa, Himpunan Pengarang Karanganyar (HPK) Ayo Nulis! -yang notabene ibu kandung Rumput- sempat beristirahat cukup lama. Banyak penyebab tapi bukan karena kasus besar seperti yang tersorot televise, melainkan hanya sekedar persoalan manusiawi: jarak dan waktu. Ya, beberapa kawan kami harus menjalani kewajiban lain. Namun, sekarang kami mencoba melawan jarak dan waktu biar jendela ini tetap terbuka untuk siapapun.
Jendela Itu Telah Terbuka (kembali)
Sebentar jangan bertanya dulu. Biar kami bercerita tapi jangan paksa untuk bercerita semua, sebab telalu banyak yang harus kami ceritakan. Iya benar, soal Rumput. Jeda antara edisi #8 dengan edisi #9 ini memang terlalu lama. Bahkan sempat dituduh 'mati' meski di edisi #8 kami sudah memberi semacam peringatan dengan label “tidak mati” sebagai tema edisi.
Setelah berbagai peristiwa, Himpunan Pengarang Karanganyar (HPK) Ayo Nulis! -yang notabene ibu kandung Rumput- sempat beristirahat cukup lama. Banyak penyebab tapi bukan karena kasus besar seperti yang tersorot televise, melainkan hanya sekedar persoalan manusiawi: jarak dan waktu. Ya, beberapa kawan kami harus menjalani kewajiban lain. Namun, sekarang kami mencoba melawan jarak dan waktu biar jendela ini tetap terbuka untuk siapapun.
GERHANA DI SEPASANG MATA IBU
Cerpen Andri Saptono
Mungkin karena hari lahir ibu yang bertepatan dengan hari proklamasi kemerdekaan yang membuat dirinya istimewa? Ibu lahir satu menit setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan Soekarno. Tentang keistimewaan ibuku, selain hari ulang tahunnya yang selalu ia rayakan bersamaan hari kemerdekaan negrinya ini, ibuku sejak kecil mempunyai bakat yang bisa dikatakan luar biasa bagi warga desa kami. Setidaknya begitulah pengakuan beberapa warga yang telah beberapa kali datang kepada ibu –
SEWAJARNYA AKU BERCERITA
Cerpen Didik Wahyu Kurniawan
Sewajarnya aku bercerita. Dia datang ketika itu membawa beberapa tumpuk kertas dan beberapa lembar uang seratus ribu. Dia bilang kalau dia sudah sukses nanti dia akan datang menemuiku dan memenuhi janjinya kepadaku. Tidak lama aku menunggu kedatangannya. Sebulan sebelum itu dia menelfonku. Katanya proyek yang diceritakan kepadaku sudah sukses. Sesingkat itu pikirku.
CUMA DEBU
pooja aurora/Kari Lestari
Aku Cuma kerlingan debu
Mengisi luasnya dunia
Mencari satu ruang rahasia
Tuk berteduh dari genangan nista
Namun seenggal kisah itu
Sempat memepermainkanku
Membuat dilema....
NYATANYA CINTA
pooja aurora/Kari Lestari
Sudah sering kudengar mereka berbahasa
Tentang cinta dan turunannya
Bukankah cinta itu......
Nafsu, semu, cemburu dan menipu
Namun dari penyelidikan mataku
Ode kepada Lelakinya
Ree Meinar
Jika kau pulang
membawa mata merah sembab
dan jika aku kau pulangkan
membawa mati logika;
lengkap sudah penantian kita
Langganan:
Postingan (Atom)